Langsung ke konten utama

BAB BULAN SYA'BAN & DALILNYA (SEJARAH MALAM NISHFU SYA’BAN Sahabat Telah Mengenal Keagungan Nishfu Sya’ban)

 


📖 Kitab: Futūḥ al-Shām (فتح الشام) – Jilid 1, Halaman 73

قَالَ الْوَاقِدِي:
"وَكَانَ فِي هَذِهِ السَّرِيَّةِ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ وَائِلَةُ بْنُ الْأَسْفَعِ وَكَانَ خُرُوجُهُمْ مِنْ أَرْضِ الشَّامِ وَهِيَ دِمَشْقَ إِلَى دَيْرِ أَبِي الْقُدْسِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَكَانَ الْقَمَرُ زَائِدَ النُّوْرِ. وَقَالَ وَأَنَا إِلَى جَانِبِ عَبْدِ اللهِ بْنِ جَعْفَرٍ. فَقَالَ لِي: يَا ابْنَ الأَسْفَعِ مَا أَحْسَنَ قَمَرَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَأَنْوَرَهُ، فَقُلْتُ: يَا ابْنَ عَمِّ رَسُوْلِ اللَّهِ ﷺ هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَهِيَ لَيْلَةٌ مُبَارَكَةٌ عَظِيمَةٌ، وَفِي هَذِهِ تُكْتَبُ الْأَرْزَاقُ وَالْآجَالُ وَتُغْفَرُ فِيهَا الذُّنُوبُ وَالسَّيِّئَاتُ وَكُنْتُ أَرَدْتُ أَنْ أَقُوْمَهَا . فَقُلْتُ: إِنَّ سَيْرَنَا فِي سُبُلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ قِيَامِهَا وَاللَّهُ جَزِيلُ الْعَطَاءِ. فَقَالَ : صَدَقْتَ."

Maknanya:
Al-Waqidi berkata: Dalam perjalanan ini bersama Abdullah bin Ja‘far juga terdapat Wa’ilah bin al-Asfa‘. Mereka berangkat dari wilayah Syam, yaitu Damaskus, menuju Biara Abu al-Quds pada malam Nisfu Sya'ban. Saat itu, bulan bersinar dengan cahaya yang sangat terang.

Lalu ia berkata, ‘Aku berada di samping Abdullah bin Ja‘far, kemudian ia berkata kepadaku: "Wahai Ibn al-Asfa‘, betapa indah dan terangnya bulan pada malam ini!"

Aku pun menjawab: "Wahai putra paman Rasulullah ﷺ, ini adalah malam Nisfu Sya‘ban, malam yang penuh berkah dan agung. Pada malam ini, dituliskan rezeki dan ajal, serta diampuni dosa-dosa dan kesalahan. Aku sebenarnya ingin menghidupkan malam ini dengan ibadah."

Lalu aku berkata: "Sesungguhnya perjalanan kita di jalan Allah lebih baik daripada menghidupkan malam ini dengan ibadah. Dan Allah Maha Pemurah dalam memberikan balasan."

Maka Abdullah bin Ja‘far berkata: ‘Engkau benar!’


📖 Kitab: Futūḥ al-Shām (فتح الشام) – Jilid 1, Halaman 72

**وَكَانَ عَلَى الْخَيْلِ خَمْسُمِائَةِ فَارِسٍ مِنْهُمْ رِجَالٌ مِنْ أَهْلِ بَدْرٍ، وَكَانَ مِنْ جُمْلَةٍ مِنْ سِيَرِهِ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ أَبُو ذَرِّ الْغِفَارِي وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أَوْفَى وَعَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَنِيْسٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ ثَعْلَبَةَ وَعُقْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ السُّلَمِي وَوَائِلَةُ بْنُ الْأَسْفَعِ وَسَهْلُ بْنُ سَعْدٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ بِشْرٍ وَالسَّائِبُ بْنُ يَزِيدَ._

Maknanya:
Pasukan berkuda dalam perjalanan ini berjumlah 500 orang, di antara mereka terdapat para sahabat yang pernah mengikuti Perang Badar. Di antara tokoh-tokoh yang turut serta bersama Abdullah (bin Ja‘far) adalah:

🔹 Abu Dzar al-Ghifari
🔹 Abdullah bin Abi Awfa
🔹 ‘Amir bin Rabi‘ah
🔹 Abdullah bin Anis
🔹 Abdullah bin Tha‘labah
🔹 ‘Uqbah bin Abdullah as-Sulami
🔹 Wa’ilah bin al-Asfa‘
🔹 Sahl bin Sa‘d
🔹 Abdullah bin Bisyir
🔹 As-Sa’ib bin Yazid.

PENJELASAN RINCI

1. Konteks Sejarah dan Sumbernya

📖 Kitab: Futūḥ al-Shām (فتح الشام)
Kitab ini merupakan salah satu kitab sejarah yang terkenal mengenai penaklukan wilayah Syam oleh kaum Muslimin pada masa Khulafā’ al-Rāshidīn. Kitab ini dinisbatkan kepada al-Wāqidī (130-207 H / 747-823 M), seorang sejarawan Islam yang terkenal dengan narasi rinci mengenai perang dan ekspedisi militer di masa awal Islam.

Namun, al-Wāqidī sering dikritik dalam ilmu hadits karena kelemahan dalam sanadnya, tetapi tetap dianggap sebagai salah satu sumber sejarah Islam yang penting.


2. Ringkasan Teks Arab dan Maknanya

Dalam teks yang dikutip, al-Wāqidī mengisahkan suatu perjalanan militer di mana pasukan Muslim berangkat dari Damaskus (Syam) menuju Biara Abu al-Quds pada malam Nisfu Sya’ban.

🔹 Bagian Pertama (Jilid 1, Halaman 73)

📌 Kisah Abdullah bin Ja‘far dan Wa’ilah bin al-Asfa‘

  • Abdullah bin Ja‘far (sepupu Rasulullah ﷺ) dan Wa’ilah bin al-Asfa‘ melihat bulan yang sangat terang di malam itu.
  • Wa’ilah berkata bahwa malam itu adalah malam Nisfu Sya’ban, yang penuh berkah dan istimewa.
  • Ia menjelaskan bahwa di malam ini:
    Rezeki dan ajal manusia ditetapkan
    Dosa-dosa diampuni
  • Wa’ilah mengungkapkan niatnya untuk menghidupkan malam itu dengan ibadah, tetapi Abdullah bin Ja‘far berkata bahwa berperang di jalan Allah lebih utama daripada ibadah malam tersebut.
  • Abdullah bin Ja‘far pun membenarkan perkataan Wa’ilah dan menyatakan bahwa Allah Maha Pemurah dalam memberikan pahala bagi mereka yang berjuang di jalan-Nya.

💡 Makna utama dari bagian ini:

  • Keutamaan malam Nisfu Sya‘ban disebutkan dalam teks ini, sebagaimana diyakini oleh banyak ulama.
  • Namun, jihad di jalan Allah dianggap lebih utama daripada ibadah individu seperti shalat malam, karena jihad membawa manfaat yang lebih besar bagi umat Islam.

🔹 Bagian Kedua (Jilid 1, Halaman 72)

📌 Kekuatan pasukan dalam perjalanan ini

  • Pasukan Muslim yang ikut serta berjumlah 500 orang pasukan berkuda, termasuk beberapa sahabat senior yang pernah ikut Perang Badar, seperti:
    ✅ Abu Dzar al-Ghifari
    ✅ Abdullah bin Abi Awfa
    ✅ ‘Amir bin Rabi‘ah
    ✅ Abdullah bin Anis
    ✅ Abdullah bin Tha‘labah
    ✅ ‘Uqbah bin Abdullah as-Sulami
    ✅ Wa’ilah bin al-Asfa‘
    ✅ Sahl bin Sa‘d
    ✅ Abdullah bin Bisyir
    ✅ As-Sa’ib bin Yazid

💡 Makna utama dari bagian ini:

  • Pasukan ini terdiri dari sahabat-sahabat senior yang memiliki pengalaman dalam jihad, menunjukkan bahwa perjalanan ini bukan perjalanan biasa, melainkan bagian dari strategi militer Islam dalam menaklukkan Syam.
  • Kehadiran sahabat yang pernah ikut Perang Badar menunjukkan bahwa perjalanan ini memiliki nilai spiritual dan sejarah yang tinggi, karena para sahabat yang hadir adalah pejuang Islam terdahulu yang memiliki kedudukan tinggi dalam sejarah Islam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB BULAN SYA'BAN & DALILNYA (KESAHIHAN HADIS MALAM NISHFU SYA’BAN)

  Disebutkan dalam riwayat: Hadis Pertama عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ (رواه الطبراني في الكبير والأوسط قال الهيثمي ورجاله ثقات، ورواه ابن حبان وصححه، من حديث أبي موسى، وابن أبي شيبة، وعبد الرزاق عن كعب بن مرة وأبي ثعلبة) Dari Mu'adz bin Jabal , dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Allah Azza wa Jalla melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan (memendam kebencian)." ( Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan Al-Awsath. Al-Haitsami berkata: Para perawinya terpercaya. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan disahihkan olehnya, serta diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Abdurrazzaq dari K'ab bin Murrah dan Abu Tsa’labah. ) Hadis Kedua قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَنْزِلُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَ...

Mukhtarul Ahadis No. 297 - Menjaga Keberkahan dengan Istighfar dan Memakmurkan Rumah Allah

  Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Anas radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنِّي لَأُهْمِلُ أَهْلَ الْأَرْضِ عَذَابًا، فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارِ بُيُوتِي وَالْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ صَرَفْتُ عَذَابِي عَنْهُمْ "Sesungguhnya Aku akan menimpakan azab kepada penduduk bumi, tetapi ketika Aku melihat orang-orang yang memakmurkan rumah-Ku, orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, dan orang-orang yang beristighfar pada waktu sahur, maka Aku palingkan azab-Ku dari mereka." (HR. Al-Baihaqi dari Anas, Mukhtarul Ahadis No. 297) Hadis ini memberikan pelajaran berharga bagi setiap Muslim tentang tiga amalan yang dapat menjadi penyebab tertahannya azab Allah dari suatu kaum. Mari kita renungkan lebih dalam maknanya: 1. Memakmurkan Rumah Allah Orang-orang yang senantiasa meramaikan masjid dengan shalat berjamaah, tilawah Al-Qur’an, dan berbagai aktivitas ibadah lainnya termasuk dalam...

kitab Mukhtārul Ahādīts no. 298 - Allah Menurunkan Pertolongan Sesuai Kadar Ujian

  Dalam kehidupan ini, setiap manusia pasti akan menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan. Namun, sebagai seorang mukmin, kita harus meyakini bahwa Allah tidak akan membebani kita dengan sesuatu yang melebihi kemampuan kita. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: إِنَّ اللَهَ تَعَالَى يُنْزِلُ الْمَعونَةَ عَلَى قَدْرِ المَؤونَةِ وَيُنْزِلُ الصَّبْرَ عَلَى قَدْرِ البَلَاء "Sesungguhnya Allah Ta'ala menurunkan pertolongan sesuai dengan kadar beban yang dipikul, dan menurunkan kesabaran sesuai dengan kadar ujian." (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Ady dari Abu Hurairah, dalam kitab Mukhtārul Ahādīts no. 298) Hadis ini mengandung pesan yang mendalam bahwa setiap cobaan yang datang dalam hidup seseorang sudah diiringi dengan pertolongan dari Allah. Seseorang tidak akan diuji melebihi batas kemampuannya, karena Allah juga menurunkan kesabaran sesuai dengan kadar ujian yang diberikan. Makna Hadis Allah Tidak Akan Membiarkan Hamba-Nya Tanpa Perto...