Langsung ke konten utama

Mukhtaru Al-Ahadits No. 299 - Ghirah Allah dan Seorang Mukmin

 


Dalam Islam, sifat ghirah (kecemburuan terhadap sesuatu yang benar) merupakan salah satu tanda iman. Hadis berikut ini menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat ghirah, demikian juga seorang mukmin.

299 - إِنّ اللهَ تَعَالَى يَغَارُ، وَإِنّ المُؤمِنَ يَغَارُ، وَغَيْرَةُ اللهِ أَنْ يَأْتِي المُؤْمِنُ ما حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ، إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَا نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ (رَوَاهُ البُخَارِيّ وَمُسْلِمٌ)

Artinya:

Sesungguhnya Allah memiliki ghirah, dan seorang mukmin juga memiliki ghirah. Ghirah Allah adalah ketika seorang mukmin melakukan sesuatu yang diharamkan oleh Allah kepadanya. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang berserah diri. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.)

Makna Hadis: Dalam hadis ini disebutkan bahwa Allah memiliki ghirah, yaitu kecemburuan dalam arti ketidaksukaan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh hamba-Nya. Ghirah seorang mukmin juga merupakan cerminan dari keteguhan imannya dalam membela kebenaran dan menjauhi kemungkaran.

Ketika seorang mukmin benar-benar mencintai Allah, ia akan merasa cemburu ketika ada sesuatu yang bertentangan dengan aturan-Nya. Namun, ghirah ini harus diletakkan pada tempat yang benar, sesuai dengan tuntunan syariat, agar tidak melampaui batas.

Pelajaran dari Hadis:

  1. Allah membenci perbuatan maksiat – Ghirah Allah menunjukkan bahwa segala bentuk kemaksiatan tidak disukai oleh-Nya.

  2. Mukmin yang sejati memiliki ghirah – Seorang mukmin seharusnya memiliki rasa ghirah terhadap agamanya, sehingga ia akan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah.

  3. Hanya jiwa yang berserah diri yang masuk surga – Hadis ini menegaskan bahwa surga hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki hati yang tunduk dan bersih dari kemaksiatan.

Sebagai umat Islam, kita harus memiliki ghirah yang seimbang. Jangan sampai ghirah berubah menjadi fanatisme buta yang melanggar prinsip-prinsip Islam. Sebaliknya, ghirah harus menjadi pendorong untuk menjaga diri dan masyarakat dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.

Sumber: Mukhtaru Al-Ahadits No. 299

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB BULAN SYA'BAN & DALILNYA (KESAHIHAN HADIS MALAM NISHFU SYA’BAN)

  Disebutkan dalam riwayat: Hadis Pertama عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ (رواه الطبراني في الكبير والأوسط قال الهيثمي ورجاله ثقات، ورواه ابن حبان وصححه، من حديث أبي موسى، وابن أبي شيبة، وعبد الرزاق عن كعب بن مرة وأبي ثعلبة) Dari Mu'adz bin Jabal , dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Allah Azza wa Jalla melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan (memendam kebencian)." ( Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan Al-Awsath. Al-Haitsami berkata: Para perawinya terpercaya. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan disahihkan olehnya, serta diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Abdurrazzaq dari K'ab bin Murrah dan Abu Tsa’labah. ) Hadis Kedua قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَنْزِلُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَ...

Mukhtarul Ahadis No. 297 - Menjaga Keberkahan dengan Istighfar dan Memakmurkan Rumah Allah

  Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Anas radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنِّي لَأُهْمِلُ أَهْلَ الْأَرْضِ عَذَابًا، فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارِ بُيُوتِي وَالْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ صَرَفْتُ عَذَابِي عَنْهُمْ "Sesungguhnya Aku akan menimpakan azab kepada penduduk bumi, tetapi ketika Aku melihat orang-orang yang memakmurkan rumah-Ku, orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, dan orang-orang yang beristighfar pada waktu sahur, maka Aku palingkan azab-Ku dari mereka." (HR. Al-Baihaqi dari Anas, Mukhtarul Ahadis No. 297) Hadis ini memberikan pelajaran berharga bagi setiap Muslim tentang tiga amalan yang dapat menjadi penyebab tertahannya azab Allah dari suatu kaum. Mari kita renungkan lebih dalam maknanya: 1. Memakmurkan Rumah Allah Orang-orang yang senantiasa meramaikan masjid dengan shalat berjamaah, tilawah Al-Qur’an, dan berbagai aktivitas ibadah lainnya termasuk dalam...

kitab Mukhtārul Ahādīts no. 298 - Allah Menurunkan Pertolongan Sesuai Kadar Ujian

  Dalam kehidupan ini, setiap manusia pasti akan menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan. Namun, sebagai seorang mukmin, kita harus meyakini bahwa Allah tidak akan membebani kita dengan sesuatu yang melebihi kemampuan kita. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: إِنَّ اللَهَ تَعَالَى يُنْزِلُ الْمَعونَةَ عَلَى قَدْرِ المَؤونَةِ وَيُنْزِلُ الصَّبْرَ عَلَى قَدْرِ البَلَاء "Sesungguhnya Allah Ta'ala menurunkan pertolongan sesuai dengan kadar beban yang dipikul, dan menurunkan kesabaran sesuai dengan kadar ujian." (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Ady dari Abu Hurairah, dalam kitab Mukhtārul Ahādīts no. 298) Hadis ini mengandung pesan yang mendalam bahwa setiap cobaan yang datang dalam hidup seseorang sudah diiringi dengan pertolongan dari Allah. Seseorang tidak akan diuji melebihi batas kemampuannya, karena Allah juga menurunkan kesabaran sesuai dengan kadar ujian yang diberikan. Makna Hadis Allah Tidak Akan Membiarkan Hamba-Nya Tanpa Perto...